Senin, 30 Januari 2012

Waspadai Kepribadian Negatif!

Mengapa seseorang bisa menjadi seseorang yang berkepribadian negatif? Banyak penyebabnya.

Sekadar mengingatkan, seseorang yang berkepribadian negatif selalu berpikir, berkata, dan bersikap negatif terhadap apa pun dan siapa pun. Misalnya, ketika ada seseorang yang memuji orang lain, si orang negatif mementahkan pujian temannya dan justru mencari kekurangan orang yang dipuji; ketika dia mendapatkan sesuatu, dia mencari kekurangan dari yang didapatkannya itu, ketika seseorang menyatakan sesuatu, dia selalu mengucapkan sesuatu yang bertentangan dengan pernyataan itu, bahkan dia pun cenderung menyalahkan dan menyepelekan pernyataan itu.

Saya ingin sedikit bercerita tentang seorang teman yang pernah saya kagumi. Dia seorang yang ramah, selalu berpikir positif, cenderung pasrah, mencari sisi positif dari segala sesuatu. Ketika ada orang yang menyakitinya, dia hanya tersenyum dan berusaha mencari pemakluman dari sikap orang itu. Bahkan, dia menyuruh orang lain untuk mencari tau penyebab orang tersebut bersikap seperti itu dan menyuruh orang lain untuk menghiburnya. Sungguh mulia sekali hatinya.

Sebut saja namanya Rian. Dia senang tersenyum dan menghibur orang lain sehingga banyak orang yang menyukainya. Semua orang ingin dekat dengannya. Aku pun cukup dekat dengannya. Suatu hari, dia bergabung dengan sebuah organisasi yang aku ikuti (kami juga satu divisi). Dia pun mendapatkan jabatan yang cukup strategis. Awalnya, dia menerima jabatan itu dengan rendah hati. Sikapnya tidak berubah sama sekali. Masih dia yang dulu sederhana dan selalu berpikir positif.

Hingga suatu saat, datanglah seorang teman (sebut saja namanya Rudi) mengajak dia berdiskusi. Rudi adalah seorang yang senang mengeluarkan statement tertentu dengan gayanya yang seperti orang “belagu”. Rian, sahabatku ini selalu saja menentang statement Rudi. Setiap Rudi mengeluarkan statement, Rian pun selalu berkata, “Teori!” Begitu seterusnya. Aku agak tersentak melihat sikap Rian yang seperti itu. Sikap yang tidak pernah kulihat muncul dari diri Rian. Lalu, aku mencoba berpikir positif, mungkin Rian hanya bercanda karena Rian dan Rudi memang sering terlihat bercanda.

Namun, pikiran positif itu mulai berubah jadi negatif ketika Sahri (pihak lain) menanyakan sesuatu kepada Rudi. Pada saat Rudi sedang menerangkan, Rian terus-menerus memotong dengan berkata, “Teori!”

Rudi mulai kesal dengan berkata, “Ntar dulu, ini kan, Sahri bertanya dan saya mencoba menjelaskan dulu ….”

Belum selesai Rudi bicara, Rian kembali memotong, “Ah … gak ada … teori itu!”

Rudi pun menyerah dan langsung berlalu dengan dongkol.

Aku benar-benar kaget dengan sikap Rian. Jelas ini bukan bercanda, Rian benar-benar sudah menyepelekan Rudi. Aku pun mencoba untuk sedikit berpikir positif, mungkin Rudi pernah melakukan kesalahan kepada Rian.

Prasangkaku itu mulai luntur. Semakin besar penilaian negatifku terhadap Rian. Semakin sering Rian menyangkal pernyataan orang. Semakin sering Rian berusaha mencari kelemahan dari pernyataan orang lain. Semakin sering juga Rian memotong pembicaraan orang lain. Aku yang pernah mengaguminya merasa prihatin dengan keadaan ini. Aku pun mulai mencari tahu penyebabnya dan inilah simpulan berdasarkan pengamatanku yang mungkin saja subjektif.

1. Lingkungan dan Merasa Paling Benar

Setelah kupelajari, aku baru sadar, ternyata divisi kami dipenuhi oleh orang-orang yang merasa dirinya paling benar. Orang-orang itu selalu merasa menjadi orang yang paling berjasa bagi organisasi. Rian sering diajak berdiskusi dengan orang-orang itu, membicarakan keunggulan divisi kami, dan prestasi-prestasi yang diraih untuk kemajuan organisasi. Rian yang bisa dibilang masih polos, tentu lebih mudah terpengaruh. Apalagi, orang-orang yang memengaruhinya itu adalah orang-orang yang dianggap sebagai orang-orang baik bagi Rian. Pengaruh itu pun semakin melekat pada diri Rian dan tanpa terasa Rian pun menjadi seperti mereka. Dia merasa menjadi bagian dari orang yang paling berjasa di organisasi. Rian menjadi orang yang merasa paling benar, merasa menjadi orang paling berjasa.

2. Kekecewaan

Selain merasa menjadi orang yang paling berjasa, kebetulan orang-orang di divisi kami pun sering dikecewakan oleh pemimpin organisasi. Sebagai orang-orang yang paling berjasa, kami tidak mendapatkan balasan yang sesuai. Kekecewaan itu pun sering didiskusikan bersama Rian. Rian pun akhirnya terpengaruh. Dia yang semula pasrah dan pandai mensyukuri yang didapatkannya, menjadi orang yang sering mengeluh dan senang menuntut. Kekecewaan itu berujung pada pikiran yang selalu negatif, tidak dapat memercayai orang lain, tidak dapat mengambil sisi positif dari apa pun. Dia pun jadi tidak dapat menerima pernyataan orang lain, apa pun itu. Dia selalu menganggap semua pernyataan orang lain itu salah. Hanya dia yang paling benar.

Lalu, apa efek dari sikap negatifnya itu?

Pikiran, pernyataan, dan perilaku negatifnya terhadap orang lain membuat orang lain menilai dia secara negatif. Banyak orang yang menjadi tidak suka terhadapnya. Kekagumanku terhadapnya pun tentu saja luntur.

Saya menceritakan ini untuk mengajak teman-teman semua untuk berhati-hati. Jangan sampai kita terjebak oleh sikap seperti ini. Semuanya berawal dari pikiran dan prasangka. Pikiran yang negatif akan memunculkan pernyataan dan sikap yang negatif.

Saya pun mungkin telah menjadi orang yang negatif dengan menuliskan kekurangan Rian. Jadi, ayo kita sama-sama mencoba untuk selalu berpikir positif, mencari sisi positif dari segala hal! Sudah terbukti dari contoh di atas, ternyata Rian yang dulu selalu berpikir positif membuatnya berkata-kata dan berperilaku positif sehingga orang lain menilainya secara positif dan banyak yang menyukainya. Sebaliknya, setelah Rian berpikir negatif, perkataan dan perbuatannya menjadi negative pula sehingga orang menilainya secara negatif dan banyak yang tidak menyukainya.

Sekali lagi, ayo sama-sama belajar dan saling mengingatkan!!!

Sedikit simpulan, inilah sedikit tips yang saya tahu agar terhindar dari kepribadian negatif.

1. Waspadai lingkungan sekitar, jangan mudah terbawa arus

2. Pegang teguh prinsip yang baik

3. Berusaha selalu menilai segala sesuatu secara objektif agar tidak mudah terprovokasi

4. Selalu berusaha mencari sisi baik dari segala sesuatu